Taubat adalah salah satu perintah dari Allah ta’ala
yang telah disebutkan di dalam Al qur’an, dan dalam hal taubat Allah
memerintahkan hambaNya untuk bertaubat nasuha yaitu taubat yang
sebenar-benarnya.
Allah ta’ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًا ۗ
“(Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya) dan artinya tobat yang sebenar-benarnya
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 8)
“(Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya) dan artinya tobat yang sebenar-benarnya
(QS. At-Tahrim 66: Ayat 8)
Di dalam kitab riyadhusholihin karya imam an nawawi ,
di jelas kan di dalam باب التوبة ( Bab taubat )
قال العلماء: التوبة
واجبة من كل ذنب، فإن كانت المعصية بين العبد وبين الله تعالى لا تتعلق بحق آدمى،
فلها ثلاثة شروط:
أحدها : أن يقلع عن المعصية.
والثانى: أن يندم على فعلها.
والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً. فإن فُقد أحد الثلاثة لم تصح توبته.وإن كانت المعصية تتعلق بآدمى فشروطها أربعة: هذه الثلاثة، وأن يبرأ من حق صاحبها، فإن كانت مالاً أو نحوه رده إليه، وإن كانت حد قذف ونحوه مكنه منه أو طلب عفوه، وإن كانت غيبة استحله منها. ويجب أن يتوب من جميع الذنوب ، فإن تاب من بعضها صحت توبته عند أهل الحق من ذلك الذنب، وبقى عليه الباقى.
أحدها : أن يقلع عن المعصية.
والثانى: أن يندم على فعلها.
والثالث: أن يعزم أن لا يعود إليها أبداً. فإن فُقد أحد الثلاثة لم تصح توبته.وإن كانت المعصية تتعلق بآدمى فشروطها أربعة: هذه الثلاثة، وأن يبرأ من حق صاحبها، فإن كانت مالاً أو نحوه رده إليه، وإن كانت حد قذف ونحوه مكنه منه أو طلب عفوه، وإن كانت غيبة استحله منها. ويجب أن يتوب من جميع الذنوب ، فإن تاب من بعضها صحت توبته عند أهل الحق من ذلك الذنب، وبقى عليه الباقى.
Berkata para ulamaa :
“Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara seseorang hamba dan antara Allah Ta’ala , yakni tidak ada hubungannya dengan hak seseorang manusia yang lain, maka untuk bertaubat itu harus menetapi tiga macam syarat, yaitu:
“Mengerjakan taubat itu hukumnya wajib dari segala macam dosa. Jikalau kemaksiatan itu terjadi antara seseorang hamba dan antara Allah Ta’ala , yakni tidak ada hubungannya dengan hak seseorang manusia yang lain, maka untuk bertaubat itu harus menetapi tiga macam syarat, yaitu:
Pertama hendaklah
menghentikan sama sekali-seketika itu juga dari kemaksiatan yang dilakukan .
kedua ialah merasa
menyesal karena telah melakukan kemaksiatan yang telah dilakukan
Dan ketiga berniat untuk tidak
akan kembali mengulangi perbuatan maksiat tersebut untuk selama-lamanya.
Jika salah satu dari tiga syarat tersebut di atas belum terpenuhi atau kurang maka dikatakan belumlah benar taubat tersebut
Apabila kemaksiatan itu ada hubungannya dengan sesama
manusia, maka syarat-syaratnya itu ada empat macam :
Yaitu tiga syarat yang tersebut di atas dan keempatnya
ialah supaya melepaskan tanggungan atas orang yang bersangkutan . Maka jikalau
tanggungan itu berupa harta atau yang semisal dengan itu, maka wajib
mengembalikannya atas orang tersebut,
Dan jikalau berupa tuduhan zina atau yang semisal
dengan itu, maka hendaklah mencabut tuduhan tadi dari orang yang dituduh atau
meminta maaf atasnya .
Dan jikalau merupakan umpatan atau celaan, maka
hendaklah meminta penghalalan yakni pemaafan dari umpatan atau celaan itu
kepada orang yang diumpat olehnya.
Seseorang itu wajib bertaubat dari segala macam dosa,
tetapi jikalau seseorang itu bertaubat dari sebagian dosanya, maka taubatnya
itupun sah dari dosa yang dimaksudkan itu, demikian pendapat para ulama yang
termasuk golongan ahlul haq, Akan tetapi dosa-dosa yang lain-lainnya masih
tetap ada dan tertinggal yakni dosa yang dia belum bertaubat atasnya
Dan telah disebutkan di dalam hadits shohih tentang
bagaimana keutamaan dari orang-orang yang bertaubat nasuhaa yang mana dia akan
mendapatkan rahmat dan ampunan dari Allah ta’ala
– وعن أبي حمزة أنس بن مالك
الأنصارى خادم رسول الله صلى الله عليه وسلم، رضي الله عنه قال: قال رسول الله
صلى الله عليه وسلم : ” لله أفرح بتوبة عبده من أحدكم سقط على بعيره وقد أضله
في أرض فلاة ” ((متفق عليه)).
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik al-Anshari pelayan Rasulullah
berkata : Rasulullah shollahu ‘alaihi wassalam bersabda:
“Niscaya Allah itu lebih gembira dengan taubat
hambaNya daripada gembiranya seseorang dari engkau semua yang jatuh di atas
untanya dan oleh Allah ia disesatkan di suatu tanah yang luas.” (Muttafaq
‘alaih)
وفى رواية لمسلم:
لله أشد فرحا بتوبة عبده حين يتوب إليه من أحدكم كان على راحلته بأرض فلاة،
فانفلتت منه وعليها طعامه وشرابه فأيس منها، فأتى شجرة فاضطجع في ظلها، وقد أيس من
راحلته، فبينما هو كذلك إذا هو بها، قائمة عنده ، فأخذ بخطامها ثم قال من شدة
الفرح: اللهم أنت عبدي وأنا ربك، أخطأ من شدة الفرح”.
Dalam riwayat Muslim disebutkan :
“Niscaya Allah itu lebih gembira dengan taubat
hambaNya ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari
engkau semua yang berada di atas kendaraannya yang dimaksud ialah untanya dan
berada di suatu tanah yang luas, kemudian menyingkirkan kendaraannya itu dari
dirinya, sedangkan di situ ada makanan dan minumannya. Orang tadi lalu
berputus-asa. Kemudian ia mendatangi sebuah pohon terus tidur berbaring di
bawah naungannya, sedang hatinya sudah berputus asa sama sekali dari
kenderaannya tersebut. Tiba-tiba di kala ia berkeadaan sebagaimana di atas itu,
kenderaannya itu nampak berdiri di sisinya, lalu ia mengambil ikatnya. Oleh
sebab sangat gembiranya maka ia berkata: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan
aku adalah TuhanMu”. Ia menjadi salah ucapannya kerana amat gembiranya.”
Begitu besar cinta Allah kepada hambaNya , sehingga
Allah masih memberikan kesempatan bagi hambaNya untuk bertaubat , Dan janganlah
kita menunggu atau mengakhirkan taubat karena kita tidak akan pernah tahu kapan
kematian itu akan datang dan disaat itu tidaklah diterima taubat seseorang
وعن أبي عبد الرحمن
عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ”
إن الله عز وجل يقبل توبة العبد ما لم يغرغر”
((رواه الترمذي وقال: حديث حسن)).
Dari Abu Abdur Rahman iaitu Abdullah bin Umar bin
al-Khaththab dari Nabi shollahu ‘alaihi wassalam bersabda :
“Sesungguhnya Allah ‘Azzawajalla itu menerima taubat
seorang hamba selama rohnya belum sampai dikerongkongannya yakni ketika akan
meninggal dunia.”
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan
bahawa ini adalah Hadis hasan
✍🏻 Tegar Dovianda Putra
(Mahasiswa University of sciences and technology , Jurusan Syari’ah . Hadromaut,Yaman)
(Mahasiswa University of sciences and technology , Jurusan Syari’ah . Hadromaut,Yaman)
0 Komentar